REPUBLIKA.CO.ID, by. Shelbi Asrianti/shelbiasrianti.blogspot.com*

Its nearly midnight, Sunardis still awake. He feels no drowsiness at Christopher, dalang pertunjukan wayang ini, diimpor dari Paris, Perancis. Sang dalang fasih berbahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Maka, dalam lakon "Culik Dewi Sinta" yang berdurasi satu setengah jam itu, selain dialog dalam bahasa Perancis, Christopher dengan luwes mengumandangkan suluk seperti "bumi gonjang ganjing, langit kelap kelap" atau "haladialah" dan sejenisnya. Tak trak tak tak tak… Bumi gonjang ganjing, langit kelap kelip Rahwana ingkang kawujud dados brahmana nyedeki Dewi Shinta, Dewi Shinta kang due welas asih maringi sedekah dateng brahmana wau. Nalika maringi sedekah asthonipun Dewi Shinta ditarik metu bunderan, banjur dibekto mabur Rahwana. “benar saja Rahwana jadi lambang dari angkara murka, wong dia nyulik istri […] MUNDUR PEJABATNYA BAHAGIA WARGANYA Dalam pagelaran wayang kulit, sang dalang biasanya melantunkan suluk ini : “Bumi gonjang-ganjing, langit Setelah Wisanggeni lahir, Dewasrani langsung menceburkan bayi itu ke Kawah Candradimuka… Bumi Gonjang Ganjing… Geger Alam Raya!!! Semula Dewasrani akan mendatangi Aburizal Bakrie untuk mencemplungkan Wisanggeni ke kawah Candradimuka, minta izin, tapi diusir satpam. Kata Satpam, “Kalo lumpur panas Lapindo baru izin Pak Ical… ejWssDQ.

bumi gonjang ganjing langit kelap suluk